Selasa, 31 Januari 2012

pembuatan larutan baku dan titrasi


LAPORAN PENDAHULUAN
 KIMIA DASAR I
PEMBUATAN LARUTAN BAKU DAN TITRASI



Disusun Oleh :
Idham Ibnu Afakillah
(0621 11 072)


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2011
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Tujuan Percobaan..................................................................................................... 1
1.2  Dasar teori................................................................................................................ 1
BAB II ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat yang digunakan................................................................................................. 5
2.2 Bahan........................................................................................................................ 5
BAB III METODE KERJA
3.1 Pembuatan larutan baku dan titrasi........................................................................... 6
BAB IV HASIL PERCOBAAN
4.1 Hasil Pengamatan..................................................................................................... 7
4.2 Pembahasan.............................................................................................................. 8
BAB V KESIMPULAN........................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 10









BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Tujuan Percobaan
Membuat larutan baku
Menentukan konsentrasi NaOH dengan HCl 0,1 M

1.2  Dasar Teori
Titrasi adalah penentuan kadar suatu larutan yang belum diketahui konsentrasi dengan cara mengukur volume pereaksi yang diketahui kadarnya yang tepat bereaksi dengan sejumlah tertentu larutan tersebut.
Titrasi asam basa terbagi dua, yaitu :
1.      Asidimetri
Asidimetri adalah penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku asam.
2.      Alkalimetri
Alkalimetri adalah penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan baku basa asam.
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.
Pada umumnya, senyawa asam mempunyai rasa asam, sedangkan senyawa basa mempunyai rasa pahit. Namun begitu, tidak dianjurkan untuk mengenali asam dan basa dengan cara mencicipinya, sebab banyak diantaranya yang dapat merusak kulit (korosif) atau bahkan bersifat racun. Asam dan basa dapat dikenali dengan menggunakan zat indikator, yaitu zat yang memberi warna berbeda dalam lingkungan asam dan lingkungan basa (zat yang warnanya dapat berubah saat berinteraksi atau bereaksi dengan senyawa asam maupun senyawa basa).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH.
Dalam laboratorium kimia, indikator asam-basa yang biasa di gunakan adalah indikator buatan dan indikator alami, Berikut ini penjelasan tentang indikator asam-basa buatan dan indikator asam-basa alami.

•  Indikator Buatan
Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat di laboratorium atau pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus yang terdiri dari lakmus merah dan lakmus biru, indikator universal, fenolptalin, dan metal jingga.
Indikator universal, fenolptalin, dan metil jingga selain dapat mengidentifikasi sifat larutan asam basa juga dapat digunakan untuk menentukan derajat keasaman (pH) larutan.
•  Indikator Alam
Indikator alam merupakan bahan-bahan alam yang dapat berubah warnanya dalam larutan asam, basa, dan netral. Indikator alam yang biasanya dilakukan dalam pengujian asam basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok, berupa bunga-bungaan, umbi-umbian, kulit buah, dan dedaunan. Perubahan warna indikator bergantung pada warna jenis tanamannya, misalnya kembang sepatu merah di dalam larutan asam akan berwarna merah dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau, kol ungu di dalam larutan asam akan berwarna merah keunguan dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau.
Indikator asam-basa adalah senyawa holokromik yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke dalam sampel, umumnya adalah larutan  yang akan memberikan warna sesuai dengan kondisi [pH] larutan tersebut. Berikut contoh indikator asam-basa yang sering digunakan:
1.      Kertas lakmus
2.      Jingga metil (Methyl orange)
3.      Fenolftalein
Berikut rentang pH indikator dari ke-3 contoh tersebut, agar lebih mudah disediakan dalam bentuk diagram.
http://www.chem-is-try.org/wp-content/migrated_images/kfisika/indranges.gif

Tabel trayek pH dari beberapa indikator buatan
Kisaran pH yang menyebabkan indikator berubah warna disebut trayek pH.
Bila pH < trayek pH maka indikator akan menunjukkan warna asamnya.
Bila pH > trayek pH maka indikator akan menunjukkan warna basanya.






baku
Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui konsentrasinya. Terdapat 2 macam larutan baku, yaitu:
1. Larutan baku primer adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode gravimetri. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh: K2Cr2O7, AS2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat. Syarat-syarat larutan baku primer: – mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan(jika mungkin pada suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. – tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara. – zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu. – sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan. – zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih. – reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung. kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah.
2. Larutan baku sekunder adalah suatu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2 Syarat-syarat larutan baku sekunder: – derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer – mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan – larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.





BAB II
ALAT dan BAHAN

2.1    Alat yang Digunakan
·      Erlenmeyer
·      Gelas piala
·      Labu ukur
·      Bulb
·      Buret
·      Botol semprot
·      Akuades
·      Statif
·      Pipet gondok
·      Pipet tetes
·      Corong
·      Pengaduk gelas

2.2    Bahan yang Digunakan
·      NaOH 0.1 N: 0,4 gr
·      HCl 10ml
·      Akuades
·      Indikator PP






BAB III
METODE KERJA

3.1  Pembuatan Larutan Baku
·         Gelas piala ditimbang  untuk mengetahui berat awal gelas piala yang nanti akan ditambahkan dengan NaOH padat sebanyak 0,4 gr.
·         NaOH padat dilarutkan dengan 100 mL akuades untuk mendapatkan larutan standar yang akan digunakan kemudian dikocok selama 32 kali.
·      Kemudian dimasukan kedalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan akuades sampai menyinggung garis yang ada dileher labu ukur.

3.2  Titrasi
·         Cucilah buret dengan larutan pencuci, bilaslah dengan larutan standar yang akan di pakai, yaitu larutan NaOH 0,1 N.
·         Isilah buret itu dengan larutan standar sampai skala 0
·         Pakailah pipet gondok untuk mengambil 10 ml HCl 0,1 N yang sudah di buat dari pengenceran tadi, masukkan HCl ke dalam erlenmeyer. Tambahkan beberapa tetes PP. Erlenmeyer ini harus di goyang-goyangkan secara perlahan-lahan.
·         Titrasi dihentikan ketika penambahan setetes NaOH merubah warna menjadi merah sangat muda yang tak mau hilang pada penggoyangan.
·         Pekerjaan di ulang selama tiga kali (triplo)
·         Catat beberapa ml larutan standar yang digunakan dengan melihat batas cairan dalam buret.
·         Hitung berapa normalitas larutan yang dititrasi.






BAB IV
HASIL PERCOBAAN

4.1 Pengamatan
Pembuatan larutan NaOH 0.1 N
            0,1 N * 40 * 0,1 L                 = 0, 4 gram NaOH
            Berat beker gelas                   = 62,4805 gram
            Berat beker gelas + NaOH   = 62,8805 gram
                                            NaOH   = 0,4 gram
            NaOH dilarutkan dalam 100 ml aquades.

Titrasi HCl
            Volume HCl                PP                    NaOH
                  10 ml                     3 tetes                 11 ml
                  10 ml                     5 tetes                 12 ml
            Rata-rata                                                11,5 ml
Perhitungan normalitas HCl
            NaOH             HCL
            V1 * N1     =     V2*N2
            11,5 * 0.1 = 10 * a
                          a = 11,5 * 0.1
                                      10
                             = 0.115 N
Jadi, normalitas HCl adalah 0,115 N

4.2 Pembahasan
Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti. Dapat dibuat dengan cara penimbangan zatnya lalu dilarutkan dalam sejumlah pelarut(air). Dalam praktik kali ini akan dibuat larutan baku dengan cara melarutkan NaOH padat sebanyak 0,4 gram ke dalam 100 ml akuades. Setelah NaOH padat itu larut semuanya dalam akuades maka NaOH itu memiliki nilai normalitas seharga 0,1 N.
Dari hasil percobaan pembuatan larutan baku NaOH 0,1 N dibutuhkan NaOH padat sebanyak 0,4 gram untuk  bisa larut dalam 100 mL akuades.
Titrasi adalah penentuan kadar suatu larutan yang belum diketahui konsentrasi dengan cara mengukur volume pereaksi yang diketahui kadarnya yang tepat bereaksi dengan sejumlah tertentu larutan tersebut.
Titrasi asam basa dapat memberikan titik pengamatan dengan indicator akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indicator bila pH pada titik ekivalen antara 4 – 10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104. Selama titrasi asam basa, pH larutan berubah secara khas. pH berubah secara drastis bila titrannya mencapai titik ekivalen. (Khopkar: 2003)
Di butuhkan 2 macam larutan pada percobaan titrasi, yaitu titran dan anelit. Titran(larutan penitrasi) merupakan larutan baku yang sudah di ketahui secara pasti konsentrasinya, biasanya di letakkan di dalam buret (tabung panjang yang memiliki volume dan kran penetes). Sedangkan anelit (larutan yang di titrasi) adalah larutan yang akan di cari konsentrasinya namun volumenya harus sudah di ketahui terlebih dahulu dan biasanya di letakkan di dalam enlenmeyer.
Syarat suatu senyawa dapat di jadikan sebagai titran dan analit :
·      Reaksi antara titran dan analit harus stoikiometri. Artinya reaksi keduanya dapat di tulis dalampersamaan reaksi yang telahdi ketahui dengan pasti. Jadi produk reaksi antara titran dan analit di ketahui secara pasti, sehingga kita dapat menulis dan menyetarakan reaksinya. Sebagai contoh reaksi antara HCl dan KOH dapat di tulis secara pasti sebagai berikut : HCl + KOH → KCl + H2O
·      Reaksi antara titran dan analit harus berlangsung dengan cepat, hal ini untuk memastikan proses titrasi cepat berlangsung dan titik equivalen (perubahan warna tertentu yang terjadi saat asam dan basa telah mencapaiperbandingan yang tepat untuk saling menetralkan) cepat di ketahui.
·      Tidak ada reaksi lain yang mengganggu reaksi antara titran dan analit. Bila ada zat-zat yang mengganggu, maka zat tersebut harus di hilangkan. Sebagai contoh, bila kita melakukan titrasi asam asetat dengan NaOH maka tidak boleh asam lain seperti H2SO4 yang nantinya akan mengganggu reaksi asam asetat dan NaOH.
·      Bila reaksi antara titran dan analit telah berjalan dengan sempurna(titran dan analit sama-sama habisbereaksi) maka harus ada sesuatu yang dapat dipergunakan untuk penanda keadaan ini. Perubahan ini bisa berupa berubahnya warna larutan, perubahan arus listrik ataupun perubahan sifat fisik larutan yang lain. Perubahan ini dalam titrasi asam dan basa bisa dipergunakan indikator tapi yang perlu di ingat jarak antara titik akhir titrasi dengan titik equivalen harus berdekatan.
·      Kesetimbangan reaksi harus mengarah jauh ke pembentukan produk sehingga dapat di ukur secara kuantitatif. Bila reaksi tidak mengarah jauh ke pembentukan produk maka akan sulit untuk menentukan titik akhir titrasi.
















BAB V
KESIMPULAN

Dengan melakukan titrasi, kita dapat menentukan konsentrasi suatu zat dengan menggunakan indikator asam basa (hingga mencapai warna tertentu) yang ditambahkan pada larutan lain yang sudah diketahui konsentrasinya dan volumenya.
Penambahan PP pada indikator menyebabkan perubahan warna merah muda pada zat yang dititrasi ketika larutan itu mencapai titik akhir titrasi.
Normalitas HCl yang kita dapat dalam praktikum ini adalah 0,115 N
















KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik ALLAH SWT. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmatnya kami mampu menyelesaikan tugas laporan ini untuk mata kuliah kimia dasar 1.
Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, ditemukan banyak bahan-bahan kimia dari alam yang bermanfaat dan sangat penting secara ekonomis dapat dibuat dimulai dari bahan-bahan baku yang lebih murah dan demikianlah caranya industry kimia mulai berkembang. Terutama dalam abad ini,ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengembangkan cara-cara membuat bahan kimia yang baru yang sebelumnya belum pernah ada di bumi.
Disamping keuntungan-keuntungan yang telah diperoleh dari ilmi kimia, kita ingin mengetahui lebih banyak tentang masalah-masalah yang disebabkannya. Sangat sering kita mendengar mengenai sisa sampah atau bahan-bahan kimia dalam makanan yang beracun dan lingkungan yang berpotensi sebagai penyebab kanker. Oleh sebab itu, diantara masalah-masalah yang disebabkan oleh ilmu kimia dan teknologi adalah menciptakan cara-cara untuk mengontrol dan mengelola limbah yang menyertai produksi dan penggunaan bahan-bahan yang baru dan berharga ini.
Penyusunan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama praktikum serta literature-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.











DAFTAR PUSTAKA

S.M Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Holifah. 2010. Larutan Baku Primer. [terhubung berkala]
Prafitryane. 2010. Larutan Baku Sekunder (Kimia Analisis Dasar). [terhubung berkala]

indigomorie, 2009. Titrasi Asam Basa  [terhubung berkala]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar