LAPORAN PENDAHULUAN
KIMIA DASAR I
PEMBUATAN
LARUTAN BAKU DAN TITRASI
Disusun
Oleh :
Idham
Ibnu Afakillah
(0621
11 072)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2011
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR
ISI............................................................................................................................ ii
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1
Tujuan Percobaan..................................................................................................... 1
1.2
Dasar teori................................................................................................................ 1
BAB
II ALAT DAN BAHAN
2.1
Alat yang digunakan................................................................................................. 5
2.2
Bahan........................................................................................................................ 5
BAB
III METODE KERJA
3.1 Pembuatan
larutan baku dan titrasi........................................................................... 6
BAB
IV HASIL PERCOBAAN
4.1
Hasil Pengamatan..................................................................................................... 7
4.2
Pembahasan.............................................................................................................. 8
BAB
V KESIMPULAN........................................................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................................. 10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Percobaan
Membuat larutan baku
Menentukan konsentrasi NaOH dengan HCl 0,1 M
1.2 Dasar
Teori
Titrasi adalah
penentuan kadar suatu larutan yang belum diketahui konsentrasi dengan cara
mengukur volume pereaksi yang diketahui kadarnya yang tepat bereaksi dengan
sejumlah tertentu larutan tersebut.
Titrasi asam basa terbagi dua, yaitu :
1.
Asidimetri
Asidimetri
adalah penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku asam.
2.
Alkalimetri
Alkalimetri
adalah penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan baku basa
asam.
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi
kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan
standar.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi
perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara
zat yyang dianalisis dan larutan standar.
Pada umumnya,
senyawa asam mempunyai rasa asam, sedangkan senyawa basa mempunyai rasa pahit.
Namun begitu, tidak dianjurkan untuk mengenali asam dan basa dengan cara
mencicipinya, sebab banyak diantaranya yang dapat merusak kulit (korosif) atau
bahkan bersifat racun. Asam dan basa dapat dikenali dengan menggunakan zat
indikator, yaitu zat yang memberi warna berbeda dalam lingkungan asam dan
lingkungan basa (zat yang warnanya dapat berubah saat berinteraksi atau
bereaksi dengan senyawa asam maupun senyawa basa).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk
menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang
digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai
perubahan pH.
Dalam laboratorium kimia, indikator
asam-basa yang biasa di gunakan adalah indikator buatan dan indikator alami,
Berikut ini penjelasan tentang indikator asam-basa buatan dan indikator
asam-basa alami.
• Indikator Buatan
Indikator buatan adalah indikator
siap pakai yang sudah dibuat di laboratorium atau pabrik alat-alat kimia.
Contoh indikator buatan adalah kertas lakmus yang terdiri dari lakmus merah dan
lakmus biru, indikator universal, fenolptalin, dan metal jingga.
Indikator universal, fenolptalin,
dan metil jingga selain dapat mengidentifikasi sifat larutan asam basa juga
dapat digunakan untuk menentukan derajat keasaman (pH) larutan.
• Indikator Alam
Indikator alam merupakan bahan-bahan
alam yang dapat berubah warnanya dalam larutan asam, basa, dan netral.
Indikator alam yang biasanya dilakukan dalam pengujian asam basa adalah
tumbuhan yang berwarna mencolok, berupa bunga-bungaan, umbi-umbian, kulit buah,
dan dedaunan. Perubahan warna indikator bergantung pada warna jenis tanamannya,
misalnya kembang sepatu merah di dalam larutan asam akan berwarna merah dan di
dalam larutan basa akan berwarna hijau, kol ungu di dalam larutan asam akan
berwarna merah keunguan dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau.
Indikator asam-basa adalah senyawa holokromik yang ditambahkan
dalam jumlah kecil ke dalam sampel, umumnya adalah larutan yang akan memberikan warna sesuai dengan
kondisi [pH] larutan tersebut. Berikut contoh indikator asam-basa yang sering
digunakan:
1. Kertas
lakmus
2. Jingga metil (Methyl orange)
3. Fenolftalein
Berikut rentang pH indikator
dari ke-3 contoh tersebut, agar lebih mudah disediakan dalam bentuk diagram.
Tabel
trayek pH dari beberapa indikator buatan
Kisaran pH yang menyebabkan indikator berubah warna
disebut trayek pH.
Bila pH < trayek pH maka indikator akan menunjukkan warna asamnya.
Bila pH > trayek pH maka indikator akan menunjukkan warna basanya.
Bila pH < trayek pH maka indikator akan menunjukkan warna asamnya.
Bila pH > trayek pH maka indikator akan menunjukkan warna basanya.
Larutan
baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui konsentrasinya.
Terdapat 2 macam larutan baku, yaitu:
1.
Larutan baku primer adalah suatu larutan yang telah
diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode gravimetri. Nilai konsentrasi
dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti zat
pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh: K2Cr2O7, AS2O3,
NaCl, asam oksalat, asam benzoat. Syarat-syarat larutan baku primer: – mudah
diperoleh, dimurnikan, dikeringkan(jika mungkin pada suhu 110-120 derajat
celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. – tidak bersifat higroskopis dan
tidak berubah berat dalam penimbangan di udara. – zat tersebut dapat diuji
kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu. – sedapat
mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga
kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan. – zat tersebut harus mudah larut
dalam pelarut yang dipilih. – reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut
harus bersifat stoikiometrik dan langsung. kesalahan titrasi harus dapat
diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah.
2.
Larutan baku sekunder adalah suatu larutan dimana
konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan menggunakan larutan baku
primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2
Syarat-syarat larutan baku sekunder: – derajat kemurnian lebih rendah daripada
larutan baku primer – mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan – larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
BAB II
ALAT dan BAHAN
2.1
Alat
yang Digunakan
· Erlenmeyer
· Gelas
piala
· Labu
ukur
· Bulb
· Buret
· Botol
semprot
· Akuades
· Statif
· Pipet
gondok
· Pipet
tetes
· Corong
· Pengaduk
gelas
2.2
Bahan
yang Digunakan
·
NaOH 0.1 N: 0,4 gr
·
HCl 10ml
·
Akuades
·
Indikator PP
BAB III
METODE KERJA
3.1 Pembuatan Larutan Baku
·
Gelas piala ditimbang untuk mengetahui berat awal gelas piala yang
nanti akan ditambahkan dengan NaOH padat sebanyak 0,4 gr.
·
NaOH padat dilarutkan dengan 100 mL
akuades untuk mendapatkan larutan standar yang akan digunakan kemudian dikocok selama 32 kali.
· Kemudian
dimasukan kedalam labu ukur 100 ml
dan ditambahkan akuades sampai menyinggung garis yang ada dileher labu ukur.
3.2
Titrasi
·
Cucilah
buret dengan larutan pencuci, bilaslah dengan larutan standar yang akan di
pakai, yaitu larutan NaOH 0,1 N.
·
Isilah
buret itu dengan larutan standar sampai skala 0
·
Pakailah
pipet gondok untuk mengambil 10 ml HCl 0,1 N yang sudah di buat dari
pengenceran tadi, masukkan HCl ke dalam erlenmeyer. Tambahkan beberapa tetes
PP. Erlenmeyer ini harus di goyang-goyangkan secara perlahan-lahan.
·
Titrasi
dihentikan ketika penambahan setetes NaOH merubah warna menjadi merah sangat
muda yang tak mau hilang pada penggoyangan.
·
Pekerjaan
di ulang selama tiga kali (triplo)
·
Catat
beberapa ml larutan standar yang digunakan dengan melihat batas cairan dalam
buret.
·
Hitung
berapa normalitas larutan yang dititrasi.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Pengamatan
Pembuatan larutan
NaOH 0.1 N
0,1
N * 40 * 0,1 L = 0, 4 gram NaOH
Berat beker gelas = 62,4805 gram
Berat beker gelas + NaOH = 62,8805 gram
NaOH
= 0,4 gram
NaOH dilarutkan dalam 100 ml
aquades.
Titrasi HCl
Volume HCl PP NaOH
10 ml 3 tetes
11 ml
10 ml 5 tetes
12 ml
Rata-rata 11,5 ml
Perhitungan
normalitas HCl
NaOH HCL
V1 * N1 =
V2*N2
11,5 * 0.1 = 10 * a
a = 11,5 * 0.1
10
= 0.115 N
Jadi, normalitas
HCl adalah 0,115 N
4.2 Pembahasan
Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui
dengan pasti. Dapat dibuat
dengan cara penimbangan zatnya lalu dilarutkan dalam sejumlah pelarut(air).
Dalam praktik kali ini akan dibuat larutan baku dengan cara melarutkan NaOH
padat sebanyak 0,4 gram ke dalam 100 ml akuades. Setelah NaOH padat itu larut
semuanya dalam akuades maka NaOH itu memiliki nilai normalitas seharga 0,1 N.
Dari
hasil percobaan pembuatan
larutan baku NaOH 0,1 N dibutuhkan NaOH padat sebanyak 0,4 gram untuk bisa larut dalam 100 mL akuades.
Titrasi adalah penentuan
kadar suatu larutan yang belum diketahui konsentrasi dengan cara mengukur
volume pereaksi yang diketahui kadarnya yang tepat bereaksi dengan sejumlah
tertentu larutan tersebut.
Titrasi
asam basa dapat memberikan titik pengamatan dengan indicator akhir yang cukup
tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indicator bila pH pada titik
ekivalen antara 4 – 10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada
titrasi asam atau basa lemah jika penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan
perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104. Selama
titrasi asam basa, pH larutan berubah secara khas. pH berubah secara drastis
bila titrannya mencapai titik ekivalen. (Khopkar: 2003)
Di butuhkan 2 macam larutan pada percobaan titrasi, yaitu
titran dan anelit. Titran(larutan penitrasi) merupakan larutan baku yang sudah
di ketahui secara pasti konsentrasinya, biasanya di letakkan di dalam buret
(tabung panjang yang memiliki volume dan kran penetes). Sedangkan anelit
(larutan yang di titrasi) adalah larutan yang akan di cari konsentrasinya namun
volumenya harus sudah di ketahui terlebih dahulu dan biasanya di letakkan di
dalam enlenmeyer.
Syarat suatu senyawa dapat di jadikan sebagai titran dan
analit :
·
Reaksi
antara titran dan analit harus stoikiometri. Artinya reaksi keduanya dapat di
tulis dalampersamaan reaksi yang telahdi ketahui dengan pasti. Jadi produk
reaksi antara titran dan analit di ketahui secara pasti, sehingga kita dapat
menulis dan menyetarakan reaksinya. Sebagai contoh reaksi antara HCl dan KOH
dapat di tulis secara pasti sebagai berikut : HCl + KOH → KCl + H2O
·
Reaksi
antara titran dan analit harus berlangsung dengan cepat, hal ini untuk
memastikan proses titrasi cepat berlangsung dan titik equivalen (perubahan
warna tertentu yang terjadi saat asam dan basa telah mencapaiperbandingan yang
tepat untuk saling menetralkan) cepat di ketahui.
·
Tidak
ada reaksi lain yang mengganggu reaksi antara titran dan analit. Bila ada
zat-zat yang mengganggu, maka zat tersebut harus di hilangkan. Sebagai contoh,
bila kita melakukan titrasi asam asetat dengan NaOH maka tidak boleh asam lain
seperti H2SO4 yang nantinya akan mengganggu reaksi asam asetat dan NaOH.
·
Bila
reaksi antara titran dan analit telah berjalan dengan sempurna(titran dan
analit sama-sama habisbereaksi) maka harus ada sesuatu yang dapat dipergunakan
untuk penanda keadaan ini. Perubahan ini bisa berupa berubahnya warna larutan,
perubahan arus listrik ataupun perubahan sifat fisik larutan yang lain.
Perubahan ini dalam titrasi asam dan basa bisa dipergunakan indikator tapi yang
perlu di ingat jarak antara titik akhir titrasi dengan titik equivalen harus
berdekatan.
·
Kesetimbangan
reaksi harus mengarah jauh ke pembentukan produk sehingga dapat di ukur secara
kuantitatif. Bila reaksi tidak mengarah jauh ke pembentukan produk maka akan
sulit untuk menentukan titik akhir titrasi.
BAB V
KESIMPULAN
Dengan melakukan titrasi, kita dapat menentukan konsentrasi suatu zat
dengan menggunakan indikator asam basa (hingga mencapai warna tertentu) yang
ditambahkan pada larutan lain yang sudah diketahui konsentrasinya dan
volumenya.
Penambahan PP pada indikator menyebabkan perubahan warna merah muda pada
zat yang dititrasi ketika larutan itu mencapai titik akhir titrasi.
Normalitas HCl yang kita dapat dalam praktikum ini adalah 0,115 N
KATA
PENGANTAR
Segala puji hanya milik
ALLAH SWT. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada rasulullah SAW.
Berkat limpahan dan rahmatnya kami mampu menyelesaikan tugas laporan ini untuk
mata kuliah kimia dasar 1.
Sesuai dengan kemajuan
ilmu pengetahuan, ditemukan banyak bahan-bahan kimia dari alam yang bermanfaat
dan sangat penting secara ekonomis dapat dibuat dimulai dari bahan-bahan baku
yang lebih murah dan demikianlah caranya industry kimia mulai berkembang.
Terutama dalam abad ini,ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengembangkan
cara-cara membuat bahan kimia yang baru yang sebelumnya belum pernah ada di
bumi.
Disamping
keuntungan-keuntungan yang telah diperoleh dari ilmi kimia, kita ingin
mengetahui lebih banyak tentang masalah-masalah yang disebabkannya. Sangat
sering kita mendengar mengenai sisa sampah atau bahan-bahan kimia dalam makanan
yang beracun dan lingkungan yang berpotensi sebagai penyebab kanker. Oleh sebab
itu, diantara masalah-masalah yang disebabkan oleh ilmu kimia dan teknologi
adalah menciptakan cara-cara untuk mengontrol dan mengelola limbah yang
menyertai produksi dan penggunaan bahan-bahan yang baru dan berharga ini.
Penyusunan laporan ini
didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama praktikum serta
literature-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
S.M
Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia
Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Holifah. 2010. Larutan Baku Primer. [terhubung
berkala]
Prafitryane.
2010. Larutan Baku Sekunder (Kimia Analisis Dasar). [terhubung berkala]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar